BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat ini ketersediaan penggilingan padi di pedesaan
cukup memadai terutama di pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
penggilingan padi yang ada dibandingkan dengan tingkat produksi padi di daerah
tersebut. Bahkan belakangan ini muncul usaha penggilingan padi bergerak yang
biasa disebut grandong di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Usaha ini muncul
dengan adanya pemikiran untuk menarik petani menggiling padi tanpa harus
memikirkan pengangkutan hasilnya. Mesin penggilingan yang digunakan biasanya
berupa RMU yang dimodifikasi dengan mobil pengangkut sehingga dapat dibawa
keliling ke tempat petani menyimpan gabahnya. Keberadaan grandong ini secara
langsung mengancam kelangsungan usaha penggilingan padi statis/tidak bergerak
karena bagaimanapun juga petani tentu akan lebih memilih penggilingan padi yang
memudahkan mereka. Dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan bahan pangan beras
dalam suatu desa ekologi, sebaiknya usaha penggilingan padi ini, apaun
jenisnya, dimiliki oleh penduduk desa setempat. Perlu juga dikaji mengenai
peluang usaha jasa penggilingan padi dalam bentuk yang lebih modern yang
melakukan pengolahan padi secara terpadu.
B.
Tujuan
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui mesin-mesin yang digunakan dalam pertanian terutama padi.
2. Untuk
mengetahui pengertian RMU dan RMP.
3. Untuk
mengetahui proses pengolahan gabah menjadi beras.
C.
Manfaat
1. Dapat
mengetahui mesin yang digunakan dalam pertanian.
2. Dapat
mengetahui pengertian Rice Miling Unit dan Rice miling Plant.
3. Dapat
mengetahui proses pengolahan gabah menjadi beras.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mesin-Mesin
Yang Digunakan Penggilingan Padi
Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha
industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mesin
pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling
(huller atau husker)
2. Mesin
pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
3. Mesin
penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4. Mesin
pengayak bertingkat (sifter)
5. Mesin
atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)
Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling
berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin
ini adalah gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14%
basis basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih
kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang
banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya
memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar
yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan.
Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar 1,
sedangkan Gambar 2 memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang
diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas.
Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan
mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah
kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini
dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang
dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.
1. Mesin
Pemecah Kulit Gabah

Gambar. Mesin Pemecah Kulit Gabah.
2. Aliran
Bahan Pada Mesin Pemecah Kulit Gabah

Gambar. Aliran Bahan Pada Mesin Pemecah
Kulit Gabah.
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses
penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin
pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan
atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe
friksi jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong
memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya
terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak
rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan
dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya
(aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini
menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga
permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan.

Gambar. Mesin Penyosoh Beras Pecah Kulit
Tipe Friksi Jetpeller
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu
dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai
mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu
ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau
silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan
dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual
sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan
karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian
pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa
bantuan alat penjahit portabel. Gambar 4 memperlihatkan cara kerja mesin
pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya.

Gambar. Mesin Pengayak Beras Dengan
Saringan Bertingkat Dan Hasil Proses Pemisahannya
Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin
penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU)
dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah
pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang
dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan
pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai
hasil sampingan dari proses penyosohan.
B.
Rice
Milling Unit
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin
penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana
proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses
(one pass process). RMU rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara
0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin
ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun
sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan
yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di
dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau
mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam
lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang
belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi
menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan
pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah,
dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak
dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan. Salah satu bentuk RMU
diperlihatkan dalam Gambar 5, sedangkan skema penanganan bahan dalam
penggilingan padi yang menggunakan RMU diperlihatkan dalam Gambar 6.

Gambar. Mesin RMC ( rice milling unit )
Yang Kompak

Gambar. Alur perlakuan dalam proses
penggilingan gabah menggunakan rice milling unit
C.
Rice
Milling Plant
Pada prinsipnya, RMU dan RMP (Rice Milling Plant)
adalah dua nama yang sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin
penggilingan padi yang berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi beras putih
yang siap untuk dikonsumsi. Bila RMU merupakan satu mesin yang kompak dengan
banyak fungsi, maka, RMP merupakan jenis mesin penggilingan padi yang terdiri
dari beberapa unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-masing
fungsinya dalam proses penggilingan beras. Karena terpisah, unit-unit pada RMP
dapat memiliki kapasitas yang berbeda, sehingga waktu operasional tiap unit
tidak sama untuk jumlah padi yang sama. Hal ini bukan merupakan masalah, hanya
memerlukan penjadwalan yang lebih baik untuk operasional dan perawatan
unit-unit yang terpisah tersebut. Namun demikian aliran bahan dapat dijalankan
secara otomatis bila mesin-mesin dari RMP merupakan satu set mesin yang sama,
dari industri manufaktur yang sama.
Perbedaan lain yang lebih penting pada RMP
dibandingkan dengan RMU terletak pada kapasitas gilingnya. RMP biasanya
memiliki kapasitas giling yang lebih besar daripada RMU yaitu antara 1.0 hingga
5.0 ton/jam. Perbedaan kapasitas giling ini menjadi penting sebab akan
meningkatkan efisiensi penggunaan mesin-mesin penggiling. Untuk menggiling padi
dengan jumlah dan lama waktu giling yang sama, akan dibutuhkan jumlah mesin
berkapasitas giling kecil yang lebih banyak dibandingkan dengan mesin
berkapasitas giling besar. Pada umumnya, bila faktor-faktor lainnya sama,
lebih murah membeli sebuah mesin berkapasitas giling besar dibanding jika
membeli sejumlah mesin dengan kapasitas giling yang kecil, baik ditinjau dari
segi biaya pembelian maupun perawatan. Akan tetapi penggunaan mesin dengan
kapasitas giling besar juga tidak akan efisien bila padi yang akan digiling
tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi., sedangkan alur perlakuan dalam
proses penggilingan gabah/beras pada rice milling plant diperlihatkan dalam
Gambar 7.

Gambar. Alur Perlakuan Dalam Proses
Penggilingan Gabah/Beras Pada Rice Milling Plant
D. Proses
Pengolahan Gabah Menjadi Beras
Gabah dipanen pada
tingkat kadar air sekitar 22% sampai 25% basis basah. Gabah dengan kadar air
demikian tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih cukup basah
sehingga sukar pecah dan terkupas. Oleh karena itu gabah perlu dikeringkan
hingga kadar airnya berkisar 14% basis basah, yang biasanya dilakukan melalui
proses penjemuran (Gambar 9). Pengeringan juga dapat dilakukan menggunakan
berbagai tipe alat pengering mekanis yang biasanya dioperasikan oleh penggilingan
padi berskala besar.

Gambar. Pengeringan Gabah Dengan
Menggunakan Mesin Pengering
Sebelum dilakukan
penjemuran, gabah harus dipisahkan dari malainya dengan cara perontokan, agar
penjemuran dapat berlangsung lebih singkat dan dapat menghemat tempat
penjemuran. Perontokan biasanya dilakukan dengan cara manual, yang disebut
penggebotan karena gabah bersama malainya digebot (dipukulkan) pada sebuah
papan bercelah sehingga butir-butir gabah terlepas dari malainya (Gambar 10).
Cara yang lebih baik adalah menggunakan alat perontok semi-mekanis (pedal
thresher) atau pun mesin perontok mekanis (power thresher) bila tersedia
(Gambar 10). Penggunaan mesin perontok mekanis kapasitas perontokan dapat
ditingkatkan hingga mendekati satu ton GKP per jam, selain juga mengurangi
susut perontokan yang umumnya tinggi pada perontokan cara gebotan (5-8%).

Gambar. Perontokan
Padi Menggunakan Mesin Perontok
Sedudah dirontokkan gabah kemudian dijemur di
lamporan. Lamporan adalah suatu lantai semen yang dibuat agak tinggi di bagian
tengahnya dengan saluran air diantaranya untuk mencegah berkumpulnya air hujan.
Praktek penjemuran yang baik adalah dengan menggunakan alas tikar atau plastik/terpal
pada lantai sehingga gabah pada lapisan dasar tidak terkena panas yang
berlebihan akibat pemanasan lantai semen, selain memudah untuk ditutupi dan
diangkut ke gudang dengan cepat bila sewaktu-waktu turun hujan selama
penjemuran. Gabah hasil pengeringan dengan kadar air sekitar 14% basis basah
disebut gabah kering giling (GKG) karena sudah dapat menjalani proses
penggilingan.
Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari
segala kotoran seperti jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Kotoran-kotoran
lunak seperti jerami akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan
kotoran-kotoran keras seperti batu akan merusak mesin penggiling. Penggilingan
gabah dimulai dengan proses pemecahan dan pengupasan kulit/sekam, dilanjutkan
penyosohan beras pecah kulit (BPK) dan diakhiri dengan pemutuan (grading),
sebelum dikemas dan dijual. Alur perlakuan yang dikenakan terhadap gabah kering
panen dalam proses penggilingan gabah/beras dengan perbedaan kecil yang
terletak pada jenis mesin penggilingan padi yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan pada RMP
dibandingkan dengan RMU terletak pada kapasitas gilingnya. Perbedaan kapasitas
giling ini menjadi penting sebab akan meningkatkan efisiensi penggunaan
mesin-mesin penggiling.
Pada umumnya, bila
faktor-faktor lainnya sama, lebih murah membeli sebuah mesin berkapasitas
giling besar dibanding jika membeli sejumlah mesin dengan kapasitas giling yang
kecil, baik ditinjau dari segi biaya pembelian maupun perawatan.
DAFTAR
PUSTAKA